Senin, 27 Februari 2012

Catatan Akhir Sekolah (part IV)

Video made by me
I miss them all :')


ISOMERS
(Invicible Science Six Mighty of Power)

Semenjak saya dan mereka menyatu dalam satu kelas, terciptalah komitmen untuk selalu bersama. Bukan sebagai teman sekelas, tapi sebuah keluarga. Lalu komitmen itu mulai berubah menjadi ketakutan. Ketakukan yang mencekam seperti sejuk yang merambat di permukaan kulit, lalu merasuk hingga ke tulang dan membekukannya. Saya terlalu takut untuk meyakini kalau sebentar lagi saya akan kehilangan keluarga saya.

Ada sesuatu pada mereka. Setiap gerakan mereka membuat saya tercengang, kadang tertawa, kadang merasa jengkel. Tapi itu adalah bentuk ekspresi mereka. Dan sialnya, saya menyukai apa yang mereka perbuat. Tepuk tangan saat seseorang datang terlambat dan tawa saat sang objek penderita kebingungan. Kegaduhan saat ada orang yang sial untuk menerima “gesekan” dan tertawa bersama, mengetahui semua orang menikmatinya. Atau waktu wali kelas berdelik marah, terganggu oleh tawa anak-anak. Teman sekelas yang tidak bisa duduk diam, mengitari kelas mencari suatu objek yang dimainkan. Saya selalu menemukan sesuatu yang istimewa dalam setiap tingkah mereka.

Karena itulah, saya tidak cukup berani saat mengetahui waktu saya untuk bersama mereka akan segera berakhir. Kami lebih dari sekedar sekumpulan orang yang berkumpul di tempat yang sama, waktu yang sama, dan kota yang sama. Kami adalah keluarga.

Meski kadang hasrat untuk menempeleng mereka muncul karena lawakan yang sukses membuat saya tertawa, rasa kehilangan itu tetap ada. Saya akan kehilangan keceriaan ditengah-tengah lautan tugas sekolah. Kehilangan teman membolos saat merasa bosan. Kehilangan ocehan guru yang kadang membuat mengantuk. Kehilangan bau pagi dan gemerisik daun yang bergesekan di sekolah. But most of all, saya akan kehilangan mereka.

Perasaan kebas itu kini terhapus. Bukankah di setiap ada pertemuan, akan ada perpisahan? Mereka punya impian. Saya punya impian. Berpisah untuk mengejarnya bukanlah suatu hal yang harus ditangisi.

Saya akan merindukan ocehan mereka, para guru, dan terik matahari yang menyengat saat upacara. Bahkan celotehan yang paling menyakitkan pun akan sangat terasa merindukan.

Demi apapun itu, saya tidak akan melupakan masa-masa SMA saya.

Karya Septianto Mawardika
Dibacakan saat perpisahan kelas di Anyer

Sabtu, 18 Februari 2012

Kamis, 02 Februari 2012

Kamu Keren Hari Ini

Back sound: Bunga Citra Lestari - Pernah muda


Nia lihat kamu. Tapi kamunya nggak lihat Nia. Kamu sibuk sama isi kotak makanmu. Makan apa sih? Sepertinya lezat. Mulutmu sampai penuh begitu. Hahaha tuh kan kamu tersedak. Makanya kalo makan pelan-pelan.

Siang ini panas ya? Nia keringetan nih! Kamunya sih enak berteduh di bawah pohon. Lah, Nia? Kalau bukan karena Pak Mardi ngadain ujian volly dadakan hari ini, Nia sih lebih milih bolos pelajaran dan pergi ke kantin. Hehe.

Kelas kamu kok enak sih nggak ada guru? Sayang sekali ya, Pak Mardi terlalu rajin dan nggak pernah absen ngajar. Andai aja kelas Nia sama kelas kamu sama-sama nggak ada pelajaran, mungkin Nia lebih konsen ngelihatin kamu makan.

Eh, kamu senyum. Bukan buat Nia sih, tapi Nia ikutan seneng. Seenggaknya Nia lihat senyum kamu. Lucu. Sedikit ngasih semangat Nia buat nyelesaiin ujian volly yang super ngebosenin ini. Tapi pukulan Nia nggak pernah bener nih. Jadi malu kalo kamu lihat.

Astaga, kamu beneran lihat! Ya Tuhan, bagaimana ini? Giliran Nia yang mukul nih. Aduh, please, jangan nengok kesini!

DUNG!

Alamak, bolanya malah kelempar ke belakang. Pukulan macam apa ini? Bodohnya dirimu Nia! Dan semuanya tertawa. Sebodo amat lah! Eh, kamu, kamu ikut ketawa nggak ya? Nia nggak berani lihat nih, malu!

Nia lihat Pak Mardi aja deh! Pak Mardi geleng-geleng kepala dari kejauhan. Dia bilang, “Kamu tuh mau mukul kemana sih? Masa bolanya terbang ke belakang sampai kena kepalanya Dion tuh!”

Hah? Kena kepala kamu? Serius? Eh, iya bener. Eh, eh, kok kamu jalan ke arah Nia? Aduh, Nia malu nih! Mau ditaroh dimana muka Nia? Nia nunduk aja deh.

Sekilas Nia lihat bayangan kamu semakin dekat. Serius deh, Nia nggak berani lihat muka kamu. Padahal kamu bukan monster bermata satu. Tapi jujur, detik ini kamu lebih menyeramkan dari itu.

Bayangan kamu berhenti bergerak. Astaga, bagaimana ini? Baju Nia makin basah sama keringat. Nia bau nih, jangan dekat-dekat Nia. Mending kamu lanjutin makan kamu sana!

“Nia, cepat ambil bolanya!” seru Pak Mardi. Oh iya, bolanya! Dimana ya bolanya? Kok nggak ada?

“Nih!” tiba-tiba kamu menyodorkan benda bulat yang sedang Nia cari. Nia bengong, sedikit malu sih. “Kalo mukul tuh kayak gini,”

DUNG!

Wow! Cool! Bolanya melewati net dan jatuh persis di depan Pak Mardi!

Nia melongo. Nia benar-benar speechless. Kamu senyum lalu pergi.

Astaga, kamu keren hari ini.