Rabu, 28 Januari 2015

Mengapa kembali lagi?

Pernahkah kamu merindukan seseorang yang tidak seharusnya kamu rindukan?

Sesuatu itu sudah berada pada masa yang tidak lagi bisa aku jangkau. Aku berlari demikian jauh, membawa harap yang tinggi agar tak kembali lagi. Biarlah tersesat jika memang itu yang terbaik. Aku hanya tidak ingin kembali. Aku tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi.

Sejujurnya aku tidak tahu apa alasannya. Karena dari awal memang tidak ada masalah. Tapi keputusanku untuk menjauh adalah benar. Mungkin lebih tepatnya terasa benar.

Sekarang rasa itu kembali. Mereka menyebutnya rindu. Entahlah, aku belum tahu pasti apa yang aku rindukan. Apakah kamu atau kebersamaan saat itu?

Aku tidak bisa kembali. Disini, aku menyamankan diri. Berusaha membaur dengan suasana baru, berusaha menata hidup yang baru. Tapi bagaimana jika sang rindu memaksaku untuk "pulang"? Bagaimana jika tempatku berpijak kini bukanlah rumahku yang sesungguhnya?

Yang aku ingat, dulu, tawamu pernah menjadi nyawaku. Yang aku ingat, dulu, perhatianmu pernah menjadi damaiku. Yang aku ingat, dulu, semangatmu pernah menjadi kagumku.

Itu dulu. Sekarang, di tempat yang baru, aku mencari penggantimu.

Namun usahaku menjadi sia-sia.

Karena sejak awal aku tahu kamu tak akan bisa tergantikan.


Terima kasih sahabat untuk semuanya
Terima kasih untuk bahagia yang sudah kamu berikan

Senin, 12 Januari 2015

Bertahan

Ini tidak mudah. Saya berusaha, saya tahu kamu juga sedang melakukannya. Sampai saat ini saya masih sangsi, apa kita bisa melalui ini semua? 

Bertahan itu sulit, bukan sekedar mempertahankan kamu, tapi juga mempertahankan diri saya sendiri. Saya tidak mau apa yang sudah kita mulai dengan niat yang baik ini tercemari oleh nafsu sesaat. Saya tidak mau apa yang sudah diberi oleh yang Maha Kuasa justru malah mendatangkan murka-Nya.

Kita, sebentar lagi aku dan kamu akan menjadi kita. Bertahanlah.



Saya tahu, kamu ingin sekali seperti mereka. Kadang penglihatan kita mengacaukan prinsip yang sudah kita pegang erat. Bagaimana tidak, dihadapan kita berlimpah lautan pasangan muda-mudi saling berpegangan, bergandengan, berangkulan, berpelukan, berciuman, atau apalah yang lebih parah. 

Saya juga merasakannya. Ada rasa ingin mencoba apa yang sedang mereka lakukan. Tapi sesuatu didalam hati saya, jauh di lubuk yang terdalam, sesuatu itu selalu berteriak pelan, "Jangan lakukan, Hani! Dia masih bukan milikmu," terus menerus sampai gaungnya menyentil akal sehat. 

Ya, kamu masih bukan milik saya.

Bertahanlah, akan ada hadiah yang indah untuk orang-orang yang senantiasa bersabar. 



#CIEEEEEE HANIIIII HAHAHAHAHAHAHAHA