Minggu, 26 Juli 2015

Saat lelah dan sedih sedang bersatu



Aku mencintainya,
Tanpa alasan, tanpa jeda yang menjadikan segalanya abstrak
Entah kapan semua mencipta awal
Yang kutahu, dia berada disana
Disaat hatiku merasa siap menerima

Aku menyayanginya,
Bahkan sel terkecil dalam tubuhkupun mengakuinya
Ini bukan sebuah kesederhanaan
Karena yang mencipta adalah Maha Besar
dan yang terasa adalah maha dahsyat

Aku menyanjungnya,
Tak ada yang bisa menggantikan sisi baiknya di mataku
Buruknya pun menghambur, aku memakluminya
Dia juga manusia, dan aku pun tak ada beda
Mungkin kita memang tercipta agar saling menerima

Jika sederet kata ini dia pertanyakan, aku bersumpah tiada kepura-puraan didalamnya
Lihatlah lebih dalam, adakah aku memasang topeng saat tangan kita saling menggenggam?
Demi Tuhan, setelah janji itu dia utarakan di depan ayahku
Aku bersedia menemaninya melangkah ke surga-Nya

***

Teruntuk teman hidupku,

Sesungguhnya ini bukan perkara mudah, menjalani hari-hari bersamamu. Setiap detik aku belajar memahamimu dengan segala keterbatasanku, begitu juga dirimu. Mungkin ada satu masa dimana sisi diriku tidak bisa menerima sesuatu milikmu. Emosikupun tak jarang meledak di hadapanmu. Aku tahu kamu bingung menghadapi diriku yang mudah sekali berubah, mudah sekali marah, kemudian menangis terisak-isak.

Diamlah, Sayang. Kamu tidak perlu berpikir terlalu keras untuk menjadikanku tenang. Tetaplah disini, disampingku, peluk aku sampai aku lelah sendiri. Itu sudah lebih dari cukup.

Namun waktu nyatanya masih ingin menguji. Jarak menjauhkan rengkuhanmu dariku. Jujur saja, aku berkali-kali ingin menyerah, mengabaikanmu, atau menganggap seolah aku berada pada masa lalu disaat namamupun tak pernah terbesit di otakku. Tapi aku tidak bisa. Suaramu menjadikannya kembali hidup, sesuatu yang sudah kita bersama tanam dalam hati masing-masing. Dia semakin bertumbuh seiring detik yang berjalan lambat sekali. Ah, aku sudah tidak sabar menunggu saat-saat kita bisa kembali saling menatap secara langsung, bukan melalui monitor gadget.

Sayang, pernahkah kamu membayangkan menjadi aku? Mereka menertawaiku, mengasihaniku, atau apalah namanya saat tahu aku dan kamu terpisah jarak. Aku ingin mengabaikan, tapi suara-suara itu sering menggema ketika aku sendiri. Tolong kuatkan aku! Aku percaya disana kamu akan baik-baik saja karena setiap untaian doa yang aku kirimkan kepada Tuhan akan melindungimu dimanapun kamu berada.

Berjanjilah padaku, saat semangatmu menyala-nyala untuk menggapai mimpi besar yang ada didepan matamu, tetaplah menyelipkan aku disana. Karena seluruh semesta hanya mampu memisah jarak, namun takkan sanggup memisah hati yang sudah saling terikat.

Tertanda,
Half of your life