Selasa, 23 Agustus 2011

You and I


Mendung tidak selamanya menyedihkan. Itu yang kamu ajarkan padaku. Aku tahu, kadang pilihan yang menyakitkan itu adalah yang terbaik. Dan hidup akan terus berjalan. Tidak ada lagi kita. Yang ada hanya aku dan kamu. Ya, aku dan kamu. Cukup lama aku berusaha memahaminya. Walaupun nalarku tak pernah dapat meraihnya. 

Kenapa? Hanya “kenapa?” yang terus berputar di otakku saat itu. Mungkin aku sedikit shock dengan dunia yang berubah tiba-tiba. Aku tahu kamu sudah memikirkannya lebih jauh dari yang aku pikirkan. Bahkan sampai hal tersensitif yang bernama perasaan. 

Kamu pikir aku akan kuat. Ya, aku kuat. Bahkan sampai kamu mengatakan “Kita akan tetap berteman seperti biasa” dan aku tahu semua tidak akan berjalan biasa. Karena cerita “kita” telah berubah menjadi cerita “aku” dan cerita “kamu”.

Hey, bukankah mendung hanya sesaat?

Aku tahu kamu lebih tegar dari yang terlihat. Ya, kita memang sama-sama tahu. Waktulah yang memberitahu.


Rabu, 17 Agustus 2011

Dialog Wanita dan Pria


Wanita  : Pria-ku, aku ingin bertanya 3 hal padamu

Pria        : Perihal apa, Wanita-ku?

Wanita  : Adakah hal yang membuatmu takut selama ini selain Allah?

Pria        : Tidak ada. Sesungguhnya Allah lah penciptaku, tidak ada yang perlu aku takuti selain Dia.

Wanita  : Adakah hal yang ingin selalu kau lakukan setiap hari selain mendekatkan diri pada Allah?

Pria        : Tidak ada. Semua yang kulakukan, insya Allah, hanya untuk mencari ridha-Nya

Wanita  : Bolehkah aku tahu satu doa yang selalu kau panjatkan pada Allah setiap dua pertiga malam?

Pria        : Aku ingin Allah selalu meneguhkan hatiku untuk berjuang di jalan-Nya

Si wanita pun terdiam dengan wajah tertunduk sedih.

Pria        : Jika aku boleh tahu, mengapa kau menanyakan itu semua padaku?

Wanita  : Jawabanmu memang sungguh luar biasa, Pria-ku. Namun maafkan aku, sesungguhnya aku hanyalah wanita biasa, yang ingin sekali kau cintai hingga kau takut kehilanganku, yang ingin sekali kau manja dengan kasih sayangmu setiap hari, dan yang ingin sekali kau selipkan namanya dalam setiap doa-doamu

Si pria tersenyum sembari menenggakkan wajah wanitanya.

Pria     : Wanita-ku, aku mencintaimu karena Allah, dengan jalan yang ridhoi Allah, dan untuk mendapatkan ridho Allah. Adakah hal yang masih kau sangsikan?

Wanita  : J

The End



Saya tidak tahu mendapat inspirasi darimana menulis ini.
Saya hanya mengagumi mereka yang berani menikah muda. 
Itu saja.


Senin, 01 Agustus 2011

Ini Hijabku, Mana Hijabmu?

Assalamualaikum beauty :)

Saya cuma ingin share tentang pengalaman saya dengan jilbab yang sudah saya kenakan sejak kelas 4 SD. Semoga bisa jadi pembelajaran :)

Awal mulanya, saat itu saya kelas 1 SD. Saya bersekolah di sebuah sekolah islam bernama SD Muhammadiyah 15 Surabaya. Di sekolah saya yang cukup sederhana itu pertama kalinya saya diajarkan tentang makna berhijab dan memang seluruh murid perempuan diharuskan berjilbab disana. Entah kenapa, mungkin karena sudah terbiasa, saya bilang ke ibu saya, saya ingin memakai jilbab kemana-mana. Sayang, ibu saya malah berkata, "Kamu masih lucu kalo pake baju-baju gini" sembari menunjuk dress saya yang tanpa lengan dengan rok mengembang super mini. Ibu saya saat itu memang belum berjilbab dan dia melihat potensi saya yang suka bergaya di depan kamera. Niat itu pun luntur seketika.

Kelas 2 SD. Saya pindah ke Makassar dan melanjutkan sekolah disana mengikuti ayah saya yang harus pindah tugas. Sekolah saya kali ini tambah tidak mendukung saya untuk memakai jilbab. Saya bersekolah di SD Negeri IKIP 1. Sekolah negeri, ya, sekolah yang tidak mengharuskan murid perempuannya berjilbab. Namun dari sekolah ini saya mendapat seorang sahabat yang menurut pandangan saya sungguh luar biasa.

Namanya Aini. Anaknya cantik dan pintar. Dia satu-satunya murid perempuan yang berjilbab dikelas saya. Saya kagum dengannya. Dia anak yang sangat berani. Berani tampil di depan umum, berani membela saya kalo ada yang iseng dengan saya, dan pastinya berani menjadi beda dengan jilbabnya. Suatu ketika dia mengajak saya membuat sebuah janji atas nama persahabatan.

Aini : "Kamu pakai jilbab dong, Han, biar sama kayak aku. Kan kita sahabat,"

Saya : "Tapi aku malu"

Aini : "Dicoba dulu. Masa belum dicoba udah malu,"

Saya : "Ntar aja deh pas kelas 5"

Aini : "Yaaaah, yaudah deh. kelas 5 ya? Janji?" (menyodorkan jari kelingking)

Saya : (mengaitkan jari kelingking ke kelingking Aini) "Janji" 

Siapa yang menyangka ternyata janji kecil itu yang merubah saya. Namun sayang, sebelum saya dan Aini naik ke tingkat 5, kami harus berpisah. Saya pindah ke Bekasi (lagi-lagi karena ayah saya pindah tugas) dan Aini harus pindah ke Jayapura, Irian Jaya. Jarak yang begitu jauh membuat saya sedih dan bingung bagaimana berkomunikasi dengan Aini. Masalahnya kami belum punya handphone dan tidak ada yang tau alamat kami yang baru. Saya dan Aini benar-benar lose contact.

Janji itu, saya masih mengingatnya. Mungkin hanya janji itu yang mengikat kami. Kebetulan di Bekasi ini saya kembali bersekolah di sekolah islam. SD Bani Saleh 3. Saya resmi memakai jilbab di kelas 4 SD. Awalnya mungkin karena Aini, namun lama kelamaan saya menyadari kalau saya memang benar-benar ingin memakai jilbab. Alhamdulillah ibu saya juga sudah memakai jilbab dan mengizinkan keinginan saya ini. Sampai saat ini, terhitung kurang lebih sudah 9 tahun saya memakai jilbab. Segala puji bagi Allah :)

Untuk teman-teman yang belum berjilbab, segeralah memakai jilbab. Karena jilbab itu yang membedakan wanita muslimah dengan wanita-wanita lain. Jangan berkata "Saya ingin menjilbabi hati saya dulu baru memakai jilbab". Kawan, justru jilbab yang yang akan menjilbabi hati kamu. Ketika kamu sudah berjilbab, otomatis jilbab yang akan membatasi diri kamu terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan tuntunan Al-quran dan As-sunah.

Dalam Al-quran jelas tertera, 

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Ahzab: 59) 

So, what are you waiting for, Girls?