For me, friendship is about tolerate. Yap, toleransi. Berani berteman, itu artinya kamu harus berani
menerima perbedaan satu sama lain. Dan jangan sekali-kali kamu ngejudge kalau
kamu ngerasa nggak cocok sama dia hanya karena sifat kalian bertolak belakang. Sometimes, yang bertolak
belakang itu justru bisa saling melengkapi. Like
a puzzle. Temanmu adalah pengisi kekuranganmu.
Berteman, nggak selamanya selalu sejalan. I mean, kadang di tengah jalan muncul
ketidaknyamanan atas sifat dari teman kita. Dan penyebab ketidaknyamanan itu
tidak lain dan tidak bukan adalah ego, suatu pertahanan terhadap keyakinan kita
akan pembenaran diri. Wajar jika ego kita muncul ke permukaan secara tiba-tiba.
Itu manusiawi.
Tapi coba bayangkan jika ego kamu dan temanmu muncul disaat
bersamaan, mereka akan bertubrukan satu sama lain dan saling melukai. Namun
jika kamu sudah dewasa, kamu akan tahu saat itu adalah saatnya kamu mengalah.
Ada kalanya kita membandingkan teman yang satu dengan teman yang
lain. Teman saat sekolah dengan teman saat kuliah, si A yang enak diajak curhat
dengan si B yang kelihatan nggak peduli sama kita, atau dia yang sering nggak
klik sama kita dengan dia yang punya sifat sama dengan kita. Kali ini
ujung-ujungnya kita harus kembali ke definisi dari berteman.
Friendship is about tolerate.
Dari perbedaan akan tercipta satu kesatuan. Right?
Pernah suatu ketika menonton acara Hitam Putih, Deddy Corbuzier
berkata "Selama ini orang
berpikir, sahabat yang baik itu adalah sahabat yang ada disaat kita
susah/sedih, tapi kalau menurut saya, sahabat yang baik justru adalah dia yang
ada disaat kita senang. Kalau saya sedih, saya lebih memilih untuk menyendiri
dan merenung. Tapi coba bayangkan ketika anda sedang senang, misalnya sedang
ulang tahun, tidak ada sahabat disamping anda, tidak ada yang mengucapkan
selamat ulang tahun, bukankah itu lebih menyedihkan?"
Saya setuju dengan statement itu. Kenapa kita harus mempertanyakan
kemana teman kita disaat kita sedih? Justru mereka yang ada disaat kita bahagia
adalah yang terbaik. Ketika kamu sedih dan kamu tahu teman kamu sedang bahagia, try to hide your sadness dan tersenyumlah. Atau jika kamu sudah
benar-benar tidak bisa untuk tersenyum, menghindarlah, jangan memaksa untuk
ikut nimbrung karena itu bisa memicu munculnya ego dengan perkataan
"Tolong lo ngertiin gue!". Kamu tahu dengan begitu kamu bisa merusak
kebahagiaan temanmu. Itu lebih kejam daripada nggak ada yang peduli saat kita
sedih. Sure!
Disini, bukan berarti saya sudah bisa menjadi sahabat yang baik
buat sahabat-sahabat saya. Saya cuma berusaha menjadi diri sendiri dan memahami
setiap karakter mereka. Try to
change the words "Coba
lo ada di posisi gue!" dengan "Coba ya gue ada di posisi lo...".
Dan yang terakhir, jangan gengsi ngucapin "Maaf" dan
"Terima kasih". Dua kata itu sangat ampuh mengikat tali persahabatan
lebih kuat. Berdasarkan pengalaman sih.
:)
BalasHapusTitik dua bintang
Hapus