Sabtu, 20 Desember 2014

Mau gila part 2

10 detik kemudian whatsapp masuk.

Doi: Assalamualaikum. Lagi apa kamu?

DEMI ALLAH, ALHAMDULILLAH, LAILAHAILALLAH, ALLAHUAKBAR JANTUNG GUE MAU COPOT HAHAHAHAHA

*Inhale exhale*

Kejadian kayak gini emang udah keseringan. Disaat gue dongkol setengah mampus sama dia tapi nggak bisa gue ungkapin, beberapa detik kemudian biasanya dia ngelakuin sesuatu yang bikin gue nggak bisa ngelanjutin marah. Ya udah. Tamat deh dramanya. Hahahaha.

Mau gila

Aneh. Sebenarnya nggak ada masalah apa-apa. Gue sama dia juga lempeng-lempeng aja kayaknya. Nggak ada berantem, banyakan ketawa, tapi... apa ya? Something wrong with this "lempeng" relationship. Ya itu, sometimes flat equal with bored, rite?

Apa sih yang gue cari? Gue pengen serius. Ini yang terakhir buat seumur hidup. Udah capek berkelana. Udah capek GR-GRan. Udah capek tebar-tebar pesona. Udah capek sakit hati. Cukup dramanya, ftvnya udah basi.

Waktu gue nemuin dia, gue tahu dia bukan aktor drama, so, nggak mungkin ada drama macem cinta fitri kalau gue jalan sama dia. Iya terbukti, damai tentram aman sentosa aja selama ini. Tapi, ah, lagi-lagi harus pake kata tapi, ya itu.... mbok yo kasih surprise gitu loh, kasih kejutan yang bikin gue hati gue cenat cenut lagi gitu. Hahaha najis.

Ayolah, 5 bulan lagi itu hari besar kita. Kalau lo lempeng gini terus bisa gila gue. Gue cuma nggak mau ada yang lebih perhatian dari lo. Gue mau fokus gue cuma ke lo. Makanya, bikin something dong yang bikin gue teriak kayak alay baru jatuh cinta. Sedikit tapi tiap hari itu better sih menurut gue daripada gede tapi jarang. Gampang kok, gampang banget bikin gue bahagia. Lo tinggal nanya "apa kabar kamu hari ini?" "lagi apa kamu?" "udah makan belum?", gitu doaaaaanggg! Serius, segampang itu dan gue jamin gue langsung atrial fibrilasi saat itu juga. 

Iya tahu, emang lebay. Tapi orang seserius lo, selempeng lo, se-nggakpeduli lo, kalo ngelakuin itu jadi spesial menurut gue. Ini rada nyindir sih, sangking lo nggak pernah nanyain gue pertanyaan semainstream itu buat dua orang yang lagi pacaran. Demi Tuhan, lo nggak tahu kan gue lagi apa saat lo chat gue. Kalau gue lagi tenggelem saat itu, lo tahu?

Geregetan gue, sumpah! Kok ada ya cowok kayak lo di dunia ini? Pengen gue jadiin dadar gulung sangking gemesnya.

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!

Udah ah capek. Semoga aja lo sadar.

Sekian.

Senin, 11 Agustus 2014

Surat cinta?

Saya belum pernah membuat surat sejenis ini. Saya hanya terbiasa menjadikan kata sebagai refleksi dari dentuman rasa yang muncul di hati saya. Seperti saat ini, saya ingin mengurainya. Maka bacalah apa yang tidak pernah terlihat selama ini.



Untuk kamu yang sedang ada dipikiran,

"Saya mengagumi kamu. Jangan tanya waktu, karena mereka pun tidak tahu kapan semuanya bermula. Anehnya, kamu tidak perlu berucap, dunia sendiri yang telah bercerita. Seolah seluruh sudut bumi serentak memuji namamu dalam versi yang berbeda-beda.

Saya mengalirkan takdir pada arus yang tenang, membiarkan segalanya berjalan apa adanya. Beberapa kali tertabrak bebatuan, namun rupanya tak sanggup menghentikan arusnya. Mengapa setenang ini? Padahal dalam hati saya sudah ingin meledak saat jarak menjeda kita.

Inikah yang dinamakan cemburu? Kalau benar, kamulah yang pertama menciptanya.

Kesederhanaan yang kamu bangun terlalu megah. Saya sampai kehabisan kata-kata untuk mengkisahkannya. Apalagi saat melihat binar mata malu nan tulus yang selalu berpendar saat mata kita tak sengaja bertautan, detik itu juga saya menjelma menjadi cenayang, menerka-nerka apa yang sedang isi hatimu katakan.

Setiap kali mendengar celotehmu, saya merasa memasuki dimensi waktu tak berujung. Kamu membawa saya mengarungi dunia tanpa perlu menjejak. Lalu seketika saya bermimpi. Saya ingin kesana, ke tempat dimana saja kamu menjatuhkan hati.

Melukislah mimpi. Menciptalah bumi tempat kita kelak berpijak. Masa depan akan terus memanggil nama kita jika takdir menginginkannya. Maka saya hanya bisa berdoa agar semuanya mendapat yang terbaik dari Yang Maha Baik. Jangan khawatir, kemanapun mimpi membawamu pergi, saya akan tetap bertahan disini. Karena saya tahu, sejauh apapun negeri yang kamu kunjungi tidak akan pernah mengambilmu selamanya. Kamu pasti akan pulang. Ke rumah.

Semoga saja saya bisa menjadi rumah ternyaman untukmu kembali dari pertualangan.


Semoga saja."



Minggu, 13 Juli 2014

Masa kecil

Aku kangen masa kecilku.

Punya teman banyak. Bebas berlarian dan tertawa terbahak-bahak. Membeli gulali berwarna merah jambu. Bermain petak umpet. Memanjat monkey bar dan berlomba mengayun setinggi-tingginya di ayunan. Menggambar meja. Bernyanyi dengan suara keras tanpa takut orang mengkritik suara kita fals. Mengganggap diri mampu berubah menjadi power ranger dan saling mengklaim sebagai power ranger warna apa. Lalu bertengkar dengan teman. Sejam kemudian berbaikan seakan amnesia bahwa beberapa detik yang lalu saling membenci. Men-cie-kan teman perempuan yang dekat dengan teman laki-laki atau kita sendiri yang sok merasakan jatuh cinta pada kali pertama.

Semua terasa indah. Semua terasa mudah.

Lalu waktu bergulir. Umur kian bertambah. Masalah menggunung dan semakin rumit.

Memilih teman semakin selektif karena selalu ada yang menyandang gelar "pemakan teman sendiri". Sudah mulai menghindari jajanan pinggiran dengan alasan "nggak higenis". Lebih banyak bermain dengan gadget dan peran teman bermain mulai tersingkirkan, yang ada cuma teman hangout. Mulai menjaga sikap alias jaim. Sinis-sinisan, saling menggosip, menebar fitnah, dan lebih gilanya pada teman dekat sendiri. Lalu bertengkar dengan teman. Sampai mati saling membenci. Merasakan jatuh cinta yang dirasa terakhir kali tapi selalu berakhir menyedihkan.
Aku nggak tahu kenapa kita harus melalui proses ini. Sudah takdirnya?

Aku hanya kangen masa kecilku. Tapi aku, kamu, kita, sudah terlanjur dewasa. Maka mengapa kita tak sekalian saja mendewasakan diri?

Bertemanlah seperti masa kecil dengan sikap yang lebih dewasa. Lihat segala sesuatunya jangan hanya dari satu sisi. Kita manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan. Kalau kamu menganggap temanmu adalah manusia paling "buruk" di dunia, cobalah berkaca, seberapa banyak "buruk"mu yang kamu tutupi. Barangkali di mata Tuhan, dia lebih baik darimu, teman :)


NB: ditulis disaat suntuk membaca buku THT.



Senin, 30 Juni 2014

Teruntuk Adisti Zakyatunnisa

Aku mengambil kutipan kata-kata Darwis Tere Liye dari novelnya "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah" yang mungkin juga sudah pernah kamu baca, begini katanya:

"Cinta sejati selalu menemukan jalan. ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan terbaiknya. Kebetulan yang menakjubkan."

Itu yang kubilang "Sebenarnya Tuhan memberikan perasaan itu sederhana, tapi manusia yang membuatnya jadi rumit sendiri". Aku jadi teringat kisah Habibie dan Ainun, aku yakin kamu pasti juga sudah pernah mendengarnya, atau bahkan sudah menonton filmnya.

Jadi seperti yang kamu tahu, Habibie dan Ainun pernah bertemu saat masih berumur 13 tahun dikarenakan mereka satu sekolah dan menjadi murid paling cerdas dibagian ilmu eskak (kalau nggak salah). Dan guru eskak mereka pernah berkata, "Kalian ini jodoh!". Tahun-tahun setelahnya mereka berpisah. Habibie malah sempat ke Jerman, Ainun tetap di Indonesia. Mereka nggak melakukan kontak sama sekali. Sampai akhirnya saat yang tepat itu tiba, Tuhan mempertemukan mereka secara kebetulan. Ya, kebetulan yang menakjubkan. Itu namanya jodoh.

Maka dari itu, kalau ada yang bilang "Jodoh itu harus dikejar, kalau enggak, nanti diambil orang," aku agak kurang setuju sih. Yang menurutku benar, jodoh itu akan datang sendiri dan Tuhan yang akan menggerakkannya kearah kita. Tapi kitanya jangan diam juga. Terus memperbaiki diri, perbanyak doa, dan buka pergaulan seluas-luasnya. Siapa tahu jodoh kamu lagi di Jerman, Dis. Hehehe.

Atau... justru jodoh kamu sebenarnya sudah dekat, dekat sekali, tapi kamu aja yang nggak sadar karena kamu terlalu sibuk mencari? Who knows? :)


Biarkan

Dear Adis,

Sebenarnya aku nggak terlalu mengerti soal hati. Hati itu rumit. Segala sesuatu yang menyangkut perasaan itu pasti nggak pernah sederhana. Dan sialnya, aku mudah sekali menggunakan perasaan. Beginilah nasib tipe melankolis sejati. Hiks!

Otak manusia kadang nggak bisa mengerti maksud dari kata hatinya sendiri. Sering nggak sinergis. Alhasil, kita sering terjebak pada titik bifurkasi dimana harus memilih antara mengikuti kata otak atau kata hati. Dan aku, mungkin karena aku terlalu sering mengikuti kata hati dan berujung pada kekecewaan, akhir-akhir ini aku lebih memilih mendengarkan logika. Sebisa mungkin aku menjawab pertanyaan yang terus berkeliaran, "Apa dia orangnya?"

Tapi otak nggak bisa menjawabnya. Kenapa? Karena Tuhan mengirimkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu lewat hati, lewat perasaan, lewat hal tersensitif yang sering kali menghasilkan jawaban salah. Rumit kan?

Rumit itu karena kita yang membuatnya menjadi bercabang-cabang nggak karuan. Tuhan menciptakannya sederhana kok. Solusinya? Biarkan saja. Ketika orang baru mengetuk pintu hatimu, biarkan dia masuk. Kalau setelah hari berganti dan kamu merasa malah jadi rumit, berarti bukan dia orangnya. Kalau sudah tahu bukan dia orangnya, kenapa harus dipertahankan?



Rabu, 18 Juni 2014

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika kamu memberi saran kepada seseorang secara tidak sengaja dan asal saja, ternyata orang itu mendengarkan saranmu dengan sungguh-sungguh

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika kamu menjadi alasan utama atas bahagia dan suksesnya seseorang

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika seseorang selalu menyebut namamu dalam doanya tanpa kamu sadari

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika burukmu tak mengubah pandangan baik seseorang terhadapmu

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika seseorang secara diam-diam membantumu mewujudkan seluruh mimpi-mimpi kecilmu

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika seseorang yang tidak pernah jatuh cinta menjadikanmu yang pertama dan terakhir untuk dicintainya.




Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika kita sudah menemukan seseorang itu.



Rabu, 11 Juni 2014

Berlabuh

Dear Keenan, akhirnya perahuku sudah berlabuh.

Ini keputusan besar yang pernah kuambil. Aku telah memilihnya menjadi partner dalam merajut mimpi besarku. Bersamanya, aku berharap lautku tak pernah lagi sunyi. Bersamanya, ombak berdesir hampir disetiap denting degup jantungku.

Jika kamu tanya apa perihal yang menjadi alasanku memilihnya, sejujurnya, aku tak tahu. Aku hanya melihat asa dalam jelaga kedua matanya yang berkilat tulus. Di sisi lain, ada sebongkah rindu yang mengantarkanku pada satu titik keyakinan. Rindu yang bercampur dengan jutaan rasa yang sulit aku mengerti. Ini kali pertama aku merasakannya.

Aku tidak bilang aku jatuh cinta.

Mungkin, belum.


Tapi satu yang harus kamu tahu, inspirasiku kembali berpendar. Setelah kamu meredupkannya dengan kepergianmu, dia menyalakannya lagi tanpa dia sadari. Terima kasih sudah memberiku tawa selama ini. Kini, aku benar-benar harus melepasmu.

Sampai jumpa lagi, Keenan. Aku berharap perahumu juga segera berlabuh.


Tertanda, Kugy Karmachameleon.

Selasa, 06 Mei 2014

Dear Keenan

Aku kangen Keenan. Bukan, Keenanku berbeda dengan Keenan Klapertaartholand. Keenanku nggak jago melukis. Keenanku nggak pendiam. Keenanku juga nggak sepintar dia.


Keenanku selalu bersikap apa adanya. Dia yang aneh, suka tertawa, dan punya banyak teman. Keenanku suka sekali mendengar cerita-ceritaku. Aku pernah bilang aku suka perahu kertas. Percakapan berikutnya, dia bilang dia suka perahu kertas. Dia berusaha menyukai apa yang aku suka. Dia berusaha membuatku nyaman.

Keenanku suka gunung, suka laut, dan suka jalan-jalan. Aku juga suka semuanya. Aku ingin sekali pergi bersamanya, menanjaki gunung tertinggi, menikmati desiran ombak di kala sunset, menjelajahi seluruh sudut negeri yang belum pernah kukunjungi. Aku yakin, bersamanya, lelah dalam perjalanan akan tergantikan nafas bahagia. Bersamanya, mimpi-mimpiku akan menjadi nyata.


Aku kangen Keenan. Kangen celotehnya, kangen leluconnya, kangen kehebohannya. Andai dia tahu, cerita-ceritanya masih kusimpan rapi dalam sebuah file. Bukan karena apa-apa, aku hanya takut tiba-tiba kangen disaat yang nggak tepat. Disaat waktu berputar lebih cepat dan kita berubah terlalu hebat.

Aku tahu, kita nggak akan bisa selamanya bersama. Kita bukan Kugy dan Keenan dalam perahu kertas. Kita bukan mereka yang punya radar neptunus.

" Keenanku, terima kasih sudah menjadi inspirasi hampir di semua puisiku. Maaf, aku nggak bisa mengatakannya langsung padamu. Maaf juga, aku berbohong pada mereka kalau puisi-puisi ini nggak ada hubungannya denganmu.


Aku takut mereka menghinamu lagi. Aku nggak bisa selamanya membelamu karena aku nggak punya alasan untuk melakukannya. Kita sudah terlalu jauh. Kita sudah melewati sejumlah waktu tanpa saling menyapa.



Lewat tulisan ini aku berharap kamu tahu, aku ingin sekali mendengar lagi suaramu. Puisiku meredup, Keenan. Aku kehabisan cerita. Aku ingin mengajakmu ke Ranca Buana, seperti saat Keenan mengajak Kugy kesana sebagai rasa terima kasihnya karena telah menjadi inspirasi di setiap lukisannya. Tapi kamu bilang, Ranca Buana nggak sebagus deskripsi dalam perahu kertas.

Kugy dan Keenan suka pisang susu. Aku dan Keenanku suka es durian. Kita selalu mencari es durian paling enak di sudut negeri ini. Aku ingat, terakhir kali kita makan es durian dengan kebab turki. Kombinasi yang aneh, tapi entahlah, aku menyukainya.


Keenan, sejak terakhir kali kita bersama mengunjungi kerajaan dewa neptunus, aku nggak pernah lupa satu pesanmu. Aku nggak boleh takut ombak. Bermain bersama ombak itu menyenangkan. Terima kasih karena kamu telah membuatku menyenanginya.

Apalagi yang bisa aku katakan selain terima kasih? Kamu mengajarkanku banyak hal tanpa kamu sadari. Kamu menjadikanku tertawa disaat-saat tergelap dalam hidupku. Kamu menelusup dalam pikiranku dan membuat inspirasiku mengalir deras dalam sekali kejap.

Keenan, aku selalu percaya, hati itu dipilih, bukan memilih. Kita nggak pernah tahu apa yang Tuhan rencanakan. Biarlah perahu kertas ini mencari pelabuhannya, dan setelahnya aku berjanji, tidak akan pernah berlayar lagi,"