Senin, 30 Juni 2014

Teruntuk Adisti Zakyatunnisa

Aku mengambil kutipan kata-kata Darwis Tere Liye dari novelnya "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah" yang mungkin juga sudah pernah kamu baca, begini katanya:

"Cinta sejati selalu menemukan jalan. ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan terbaiknya. Kebetulan yang menakjubkan."

Itu yang kubilang "Sebenarnya Tuhan memberikan perasaan itu sederhana, tapi manusia yang membuatnya jadi rumit sendiri". Aku jadi teringat kisah Habibie dan Ainun, aku yakin kamu pasti juga sudah pernah mendengarnya, atau bahkan sudah menonton filmnya.

Jadi seperti yang kamu tahu, Habibie dan Ainun pernah bertemu saat masih berumur 13 tahun dikarenakan mereka satu sekolah dan menjadi murid paling cerdas dibagian ilmu eskak (kalau nggak salah). Dan guru eskak mereka pernah berkata, "Kalian ini jodoh!". Tahun-tahun setelahnya mereka berpisah. Habibie malah sempat ke Jerman, Ainun tetap di Indonesia. Mereka nggak melakukan kontak sama sekali. Sampai akhirnya saat yang tepat itu tiba, Tuhan mempertemukan mereka secara kebetulan. Ya, kebetulan yang menakjubkan. Itu namanya jodoh.

Maka dari itu, kalau ada yang bilang "Jodoh itu harus dikejar, kalau enggak, nanti diambil orang," aku agak kurang setuju sih. Yang menurutku benar, jodoh itu akan datang sendiri dan Tuhan yang akan menggerakkannya kearah kita. Tapi kitanya jangan diam juga. Terus memperbaiki diri, perbanyak doa, dan buka pergaulan seluas-luasnya. Siapa tahu jodoh kamu lagi di Jerman, Dis. Hehehe.

Atau... justru jodoh kamu sebenarnya sudah dekat, dekat sekali, tapi kamu aja yang nggak sadar karena kamu terlalu sibuk mencari? Who knows? :)


Biarkan

Dear Adis,

Sebenarnya aku nggak terlalu mengerti soal hati. Hati itu rumit. Segala sesuatu yang menyangkut perasaan itu pasti nggak pernah sederhana. Dan sialnya, aku mudah sekali menggunakan perasaan. Beginilah nasib tipe melankolis sejati. Hiks!

Otak manusia kadang nggak bisa mengerti maksud dari kata hatinya sendiri. Sering nggak sinergis. Alhasil, kita sering terjebak pada titik bifurkasi dimana harus memilih antara mengikuti kata otak atau kata hati. Dan aku, mungkin karena aku terlalu sering mengikuti kata hati dan berujung pada kekecewaan, akhir-akhir ini aku lebih memilih mendengarkan logika. Sebisa mungkin aku menjawab pertanyaan yang terus berkeliaran, "Apa dia orangnya?"

Tapi otak nggak bisa menjawabnya. Kenapa? Karena Tuhan mengirimkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu lewat hati, lewat perasaan, lewat hal tersensitif yang sering kali menghasilkan jawaban salah. Rumit kan?

Rumit itu karena kita yang membuatnya menjadi bercabang-cabang nggak karuan. Tuhan menciptakannya sederhana kok. Solusinya? Biarkan saja. Ketika orang baru mengetuk pintu hatimu, biarkan dia masuk. Kalau setelah hari berganti dan kamu merasa malah jadi rumit, berarti bukan dia orangnya. Kalau sudah tahu bukan dia orangnya, kenapa harus dipertahankan?



Rabu, 18 Juni 2014

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika kamu memberi saran kepada seseorang secara tidak sengaja dan asal saja, ternyata orang itu mendengarkan saranmu dengan sungguh-sungguh

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika kamu menjadi alasan utama atas bahagia dan suksesnya seseorang

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika seseorang selalu menyebut namamu dalam doanya tanpa kamu sadari

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika burukmu tak mengubah pandangan baik seseorang terhadapmu

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika seseorang secara diam-diam membantumu mewujudkan seluruh mimpi-mimpi kecilmu

Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika seseorang yang tidak pernah jatuh cinta menjadikanmu yang pertama dan terakhir untuk dicintainya.




Apa yang paling menyenangkan di dunia ini?

Ketika kita sudah menemukan seseorang itu.



Rabu, 11 Juni 2014

Berlabuh

Dear Keenan, akhirnya perahuku sudah berlabuh.

Ini keputusan besar yang pernah kuambil. Aku telah memilihnya menjadi partner dalam merajut mimpi besarku. Bersamanya, aku berharap lautku tak pernah lagi sunyi. Bersamanya, ombak berdesir hampir disetiap denting degup jantungku.

Jika kamu tanya apa perihal yang menjadi alasanku memilihnya, sejujurnya, aku tak tahu. Aku hanya melihat asa dalam jelaga kedua matanya yang berkilat tulus. Di sisi lain, ada sebongkah rindu yang mengantarkanku pada satu titik keyakinan. Rindu yang bercampur dengan jutaan rasa yang sulit aku mengerti. Ini kali pertama aku merasakannya.

Aku tidak bilang aku jatuh cinta.

Mungkin, belum.


Tapi satu yang harus kamu tahu, inspirasiku kembali berpendar. Setelah kamu meredupkannya dengan kepergianmu, dia menyalakannya lagi tanpa dia sadari. Terima kasih sudah memberiku tawa selama ini. Kini, aku benar-benar harus melepasmu.

Sampai jumpa lagi, Keenan. Aku berharap perahumu juga segera berlabuh.


Tertanda, Kugy Karmachameleon.