Pagi hari, ketika saya baru membuka mata, seperti biasa saya mengecek handphone untuk melihat apakah ada pesan yang masuk selama saya tidur. Ternyata ada beberapa pesan masuk via BBM dan 1 SMS. Saya membuka semua BBMnya dan tidak ada satupun yang perlu balasan saya. Lalu saya membuka SMS. Dan saya terkejut dengan isi pesan tersebut.
Mungkin lebih tepatnya terkejut pada siapa yang mengirim SMSnya.
Ialah sahabat lama saya. Namanya Adhi. Isi pesannya singkat. Sangat singkat malah. Dan saya membalasnya dengan pertanyaan. Lalu beberapa menit kemudian dia membalasnya dengan pesan yang lebih panjang yang sempat membuat saya tersenyum beberapa detik. Begini isi SMSnya.
Ah, si Adhi emang paling jago bikin saya ketawa!
Saya memang orangnya cuek, terkesan nggak peduli, atau bahkan lupa sama teman lama. Saya memang jarang duluan mengirim pesan untuk teman-teman saya, terutama teman-teman lama saya. Dan saya tahu kalian pasti berpikiran saya sudah berubah, jadi gaul karena berteman dengan anak-anak gaul disini. Mentang-mentang kuliah di Jakarta...
Semua itu salah. Saya nggak pernah lupa sama kalian. Saya memang jarang mengirim pesan duluan, tapi saya selalu memantau keadaan kalian dari jauh dengan cara saya sendiri. Dan pada dasarnya saya nggak berubah, hanya saja waktu yang menyuruh saya untuk berubah. Kalian pasti tahu maksud saya.
Sekali lagi saya katakan, saya nggak pernah lupa sama kalian, sama curhatan-curhatan kalian, bahkan sama semua cerita tentang kita dulu. Ada tawa sehabis mendapat nilai bagus, tangis saat putus sama pacar, marah saat salah satu diantara kita menjengkelkan, semuanya melebur menjadi satu dalam ingatan saya.
Jujur, saya kangen. Andai jarak dan waktu nggak sekongkol memisahkan kita, mungkin saya ada disamping kalian sekarang.
Entah mengapa, akhir-akhir ini banyak hal yang membuat saya tertegun. Bukan perihal kejutan, tapi semua ini cukup membuat saya terkejut beberapa detik, berpikir sehari semalam lalu membuat kesimpulan sendiri. Saya menyukainya. Saya suka menganalisis apa saja yang tidak terduga terjadi pada saya. Contohnya kata-kata dari beberapa orang disekitar saya.
1.“Lo tuh keponya keterlaluan. Itu artinya hidup lo ngebosenin,”
Ini kata salah satu teman terdekat saya. Saya yang notabennya ceplas ceplos, sempat dibuat tertegun dengan kata-kata itu. Saya memang kepo (mau tau urusan orang lain), tapi apa itu menandakan hidup saya ngebosenin? Ternyata tidak juga. Saya kepo tapi bukan berarti saya mau ikut campur urusan orang lain. Banyak kok manfaat dari kepo. Dengan kekepoan saya ini, saya bisa tau apa yang dirasakan teman-teman saya saat ini tanpa harus mendengar curhatan mereka secara langsung. Ya lewat curhatan mereka di jejaring sosial tentunya. Dan itu cukup membantu saya untuk mengambil sikap dengan mereka yang moodnya sedang tidak baik.
2.“Parah, lo satu-satunya cewek yang bilang gue freak!”
Kata teman lelaki saya sambil mengacungkan jari telunjuknya ke muka saya. Entah kenapa, saya suka menjadi satu-satunya orang yang melakukan sesuatu. Rasanya seperti Alexander Graham Bell yang pertama kali menemukan telepon.
3.“Nggak usah mikirin kado buat mama, dapetin nilai bagus aja buat kado mama,”
Yes, it’s from my super lovely mom. I love her too much and much. I’ll do my best for her. May Allah answer my pray to give her the best protection in every step she takes.
4.“Sini, Han. Gue kangen,”
Ah, ini dia. Sebuah kata kangen yang bikin saya kangen luar biasa. Itu dari—entah saya harus menyebutnya siapanya saya. Yang jelas saya kangen setelahnya.
5.“Amiiiin,”
Sebuah kata sederhana dari adik semata wayang saya yang mengamini doa dari saya. “Semoga keterima PTN ya”
6.“Tata’ Hani...”
Haha. Itu dari Fariz, si kecil lucu anak mbak kost. Saya senang mendengar suaranya memanggil nama saya. Terdengar polos.
7.“Hidayah itu seperti hujan. Terserah kita mau membiarkannya jatuh atau menadahnya dengan tangan kita,”
Kata kak nungky, mentor saya di forum kedokteran islam. Dia menjelaskan tentang hidayah. Ternyata hidayah itu tidak datang dengan sendirinya. Hidayah itu perlu niat dan kemauan. Dan jangan diam saja! Kejar si hidayah sampai dapat. Allah menyukai orang yang mau belajar menjadi pribadi yang lebih baik.
Pagi ini, kamu datang mengejutkanku. Ini memang bukan kunjungan pertamamu ke rumah baruku. Tapi... kita sudah cukup lama tidak bertemu.
Kamu berubah. Rambut acak-acakan yang dulu sering menjadi bahan omelanku, kini sudah kamu sisir rapi. Ada guratan rambut halus tumbuh di sepanjang kontur rahang bawahmu. Tubuhmu yang dulu kurus kini sudah lebih berisi. Pakaianmu juga lebih rapi ala pekerja kantoran. Dan, ah, ya, kamu sekarang memakai kacamata!
Satu-satunya yang tidak berubah darimu adalah sorot mata itu. Tetap teduh dan hangat. Aku merindukannya. Mungkin juga merindukanmu.
Oh iya, apa kabar?
***
Pukul 16.00, seharusnya kamu sudah sampai di rumahku.
Diluar memang sedang hujan. Aku yakin, kali ini hujan yang akan kamu jadikan alasan untuk datang terlambat. Kamu memang selalu banyak alasan. Padahal aku selalu bilang, aku benci orang yang ngaret!
Handphoneku berdering. Tanda SMS masuk. Sudah kuduga, pasti dari kamu.
From: Angga
Sayang, maaf kayaknya aku datang telat. Hujan deras dan jalanan macet. Tapi aku pasti datang. Wait me there. Love you.
Aku menghela nafas.
Sejam yang lalu aku memang menelpon dan memintamu untuk menemaniku disini. Kamu tau alasannya. Aku benci suara hujan. Ya, hanya itu. Aku akui, aku memang egois karena tidak pernah mengerti dan peduli keadaanmu. Aku selalu marah karena kamu selalu datang terlambat. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu malah memelukku tanpa berkata sepatah katapun.
Sebenarnya, itu yang aku butuhkan sekarang. Pelukanmu.
To: Angga
Cepatlah datang! Aku nggak suka nunggu lama! Hujan berisik sekali.
Pukul 16.10. Hujan diluar semakin deras.
Tubuhku gemetar dan pikiranku melayang pada hujan setahun yang lalu. Kamu pernah bilang, hujan dan susu cokelat hangat adalah pasangan yang paling serasi. Ya, aku selalu ingat itu. Sayangnya, aku benci hujan dan tidak suka susu cokelat. Tapi mungkin aku bisa membuatkannya untukmu.
Aku paksakan bangkit dari kasur dan menuju ke dapur.
Pukul 16.15. Dingin sekali.
Sweater tebal pemberian dari almarhum nenek tak cukup kuat menahan udara dingin yang menusuk-nusuk kulit. Apa mereka bersengkongkol ingin membunuhku? Ah, aku tidak boleh berpikir negatif. Kamu yang bilang, ‘di dunia ini tidak ada yang negatif kecuali pemikiran dari manusianya’. Aku percaya, karena kamu yang mengatakannya.
Aku berjalan ke ruang tamu sambil membawa segelas susu cokelat. Semoga kamu cepat datang supaya susu ini tidak keburu dingin.
Pukul 16.20. Sepertinya petir murka.
Aku menelungkup dan menutup telinga rapat-rapat. Ini yang aku benci dari hujan. Mereka selalu berisik sehingga membuat petir marah. Berhentilah! Jangan bertengkar dihadapanku!
Pukul 16.25. Rasanya aku mengantuk.
Tubuhku lemas sekali dan kepalaku pusing. Hujan diluar sudah mulai mereda. Kenapa kamu belum juga datang?
Aku ingin tidur. Tapi aku juga ingin melihatmu. Tuhan, aku mohon, aku ingin melihatnya sebentar saja.
Pukul 16.30. Akhirnya.
Pintu rumahku terbuka. Kamu masuk dengan tubuh basah kuyup lalu menghampiriku dan mengecup keningku.
“Sayang, maaf, aku...,”
“Kamu terlambat 30 menit, Sayang. Sekarang aku mengantuk. Aku tidur sebentar ya?”
***
Angga:
Hai, apa kabar, Aira? Sudah lama ya kita tidak bertemu? Maaf aku baru mengunjungimu sekarang. Banyak cerita yang mau aku sampaikan padamu. Boleh ya aku cerita? Setidaknya kamu tidak merasa kesepian.
Aku sekarang bekerja sebagai arsitek di salah satu perusahaan kontruksi di Jakarta. Kamu masih ingat, kan, cita-citaku yang ingin menjadi arsitek? Aku bersyukur Tuhan mengabulkannya. Dan 3 bulan yang lalu aku sempat pergi ke Korea untuk bekerja sama dengan arsitek disana merancang sebuah hotel. Sungguh itu hal paling luar biasa yang pernah aku alami.
Emm, cerita apa lagi ya? Sepertinya ceritaku tidak terlalu menarik buatmu. Mungkin lebih baik kita mengenang masa dulu. Sekalian bernostalgia. Aku masih ingat semua loh!
Aku masih ingat dengan impian-impianmu. Pergi ke pulau terpencil dan membangun rumah sederhana disana, mendirikan museum permen lolipop kesukaanmu, membuat halaman rumahmu penuh dengan bunga dari seluruh penjuru dunia. Haha, aku selalu tertawa setiap kamu mengatakannya. Menurutku, itu konyol. Lalu kamu memasang muka cemberut dan tidak bicara seharian.
Ingat tidak, dulu kamu sering mengomeliku karena rambutku yang berantakan? Haha, mukamu lucu sekali setiap marah. Pipimu jadi tembem dan memerah. Mirip kartun chibi maruko chan. Maka dari itu, aku tidak pernah bisa balas memarahimu.
Aku juga ingat kamu yang benci hujan. Menurutmu, mereka berisik. Lalu kamu menelponku dan memasang waktu untukku sampai di rumahmu. Sayangnya aku selalu terlambat. Dan kamu marah karena itu. Aira, sebenarnya keterlambatanku tidak pernah aku rencanakan. Aku juga tidak tahu kenapa aku tidak pernah bisa on time. Selalu saja ada halangan.
Tapi darimu aku belajar banyak hal. Aku jadi lebih menghargai waktu. Setiap detik itu berharga dan tidak semua orang punya banyak waktu. Ya, sepertimu. Waktumu terlalu sedikit. Dan terlalu cepat.
Andai saat itu aku sampai 30 menit lebih cepat, mungkin aku tidak merasa sebersalah ini. Tapi hari itu aku sedang sial. Mobilku mogok dan harus aku bawa ke bengkel. Lalu aku menaiki taksi. Ternyata, jalanan macet total karena banjir di salah satu ruas jalan. Akhirnya aku memilih berlari ke rumahmu.
Sayangnya, waktumu harus berakhir hari itu.
..........
..........
Aira, istriku juga pengidap kanker sepertimu. Aku sudah berjanji pada Tuhan tidak akan membuang waktunya yang terlalu sedikit hanya untuk menungguku. Terima kasih karena kamu telah mengajarkanku hal-hal kecil yang ternyata bisa merubah seluruh hidupku. Aku tidak akan melupakannya. Dan juga tidak akan melupakanmu. Sampai kapanpun.