[Backsound: Yiruma - do you]
Pagi ini, kamu datang mengejutkanku. Ini memang bukan kunjungan pertamamu ke rumah baruku. Tapi... kita sudah cukup lama tidak bertemu.
Kamu berubah. Rambut acak-acakan yang dulu sering menjadi bahan omelanku, kini sudah kamu sisir rapi. Ada guratan rambut halus tumbuh di sepanjang kontur rahang bawahmu. Tubuhmu yang dulu kurus kini sudah lebih berisi. Pakaianmu juga lebih rapi ala pekerja kantoran. Dan, ah, ya, kamu sekarang memakai kacamata!
Satu-satunya yang tidak berubah darimu adalah sorot mata itu. Tetap teduh dan hangat. Aku merindukannya. Mungkin juga merindukanmu.
Oh iya, apa kabar?
***
Pukul 16.00, seharusnya kamu sudah sampai di rumahku.
Diluar memang sedang hujan. Aku yakin, kali ini hujan yang akan kamu jadikan alasan untuk datang terlambat. Kamu memang selalu banyak alasan. Padahal aku selalu bilang, aku benci orang yang ngaret!
Handphoneku berdering. Tanda SMS masuk. Sudah kuduga, pasti dari kamu.
From: Angga
Sayang, maaf kayaknya aku datang telat. Hujan deras dan jalanan macet. Tapi aku pasti datang. Wait me there. Love you.
Aku menghela nafas.
Sejam yang lalu aku memang menelpon dan memintamu untuk menemaniku disini. Kamu tau alasannya. Aku benci suara hujan. Ya, hanya itu. Aku akui, aku memang egois karena tidak pernah mengerti dan peduli keadaanmu. Aku selalu marah karena kamu selalu datang terlambat. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu malah memelukku tanpa berkata sepatah katapun.
Sebenarnya, itu yang aku butuhkan sekarang. Pelukanmu.
To: Angga
Cepatlah datang! Aku nggak suka nunggu lama! Hujan berisik sekali.
Pukul 16.10. Hujan diluar semakin deras.
Tubuhku gemetar dan pikiranku melayang pada hujan setahun yang lalu. Kamu pernah bilang, hujan dan susu cokelat hangat adalah pasangan yang paling serasi. Ya, aku selalu ingat itu. Sayangnya, aku benci hujan dan tidak suka susu cokelat. Tapi mungkin aku bisa membuatkannya untukmu.
Aku paksakan bangkit dari kasur dan menuju ke dapur.
Pukul 16.15. Dingin sekali.
Sweater tebal pemberian dari almarhum nenek tak cukup kuat menahan udara dingin yang menusuk-nusuk kulit. Apa mereka bersengkongkol ingin membunuhku? Ah, aku tidak boleh berpikir negatif. Kamu yang bilang, ‘di dunia ini tidak ada yang negatif kecuali pemikiran dari manusianya’. Aku percaya, karena kamu yang mengatakannya.
Aku berjalan ke ruang tamu sambil membawa segelas susu cokelat. Semoga kamu cepat datang supaya susu ini tidak keburu dingin.
Pukul 16.20. Sepertinya petir murka.
Aku menelungkup dan menutup telinga rapat-rapat. Ini yang aku benci dari hujan. Mereka selalu berisik sehingga membuat petir marah. Berhentilah! Jangan bertengkar dihadapanku!
Pukul 16.25. Rasanya aku mengantuk.
Tubuhku lemas sekali dan kepalaku pusing. Hujan diluar sudah mulai mereda. Kenapa kamu belum juga datang?
Aku ingin tidur. Tapi aku juga ingin melihatmu. Tuhan, aku mohon, aku ingin melihatnya sebentar saja.
Pukul 16.30. Akhirnya.
Pintu rumahku terbuka. Kamu masuk dengan tubuh basah kuyup lalu menghampiriku dan mengecup keningku.
“Sayang, maaf, aku...,”
“Kamu terlambat 30 menit, Sayang. Sekarang aku mengantuk. Aku tidur sebentar ya?”
***
Angga:
Hai, apa kabar, Aira? Sudah lama ya kita tidak bertemu? Maaf aku baru mengunjungimu sekarang. Banyak cerita yang mau aku sampaikan padamu. Boleh ya aku cerita? Setidaknya kamu tidak merasa kesepian.
Aku sekarang bekerja sebagai arsitek di salah satu perusahaan kontruksi di Jakarta. Kamu masih ingat, kan, cita-citaku yang ingin menjadi arsitek? Aku bersyukur Tuhan mengabulkannya. Dan 3 bulan yang lalu aku sempat pergi ke Korea untuk bekerja sama dengan arsitek disana merancang sebuah hotel. Sungguh itu hal paling luar biasa yang pernah aku alami.
Emm, cerita apa lagi ya? Sepertinya ceritaku tidak terlalu menarik buatmu. Mungkin lebih baik kita mengenang masa dulu. Sekalian bernostalgia. Aku masih ingat semua loh!
Aku masih ingat dengan impian-impianmu. Pergi ke pulau terpencil dan membangun rumah sederhana disana, mendirikan museum permen lolipop kesukaanmu, membuat halaman rumahmu penuh dengan bunga dari seluruh penjuru dunia. Haha, aku selalu tertawa setiap kamu mengatakannya. Menurutku, itu konyol. Lalu kamu memasang muka cemberut dan tidak bicara seharian.
Ingat tidak, dulu kamu sering mengomeliku karena rambutku yang berantakan? Haha, mukamu lucu sekali setiap marah. Pipimu jadi tembem dan memerah. Mirip kartun chibi maruko chan. Maka dari itu, aku tidak pernah bisa balas memarahimu.
Aku juga ingat kamu yang benci hujan. Menurutmu, mereka berisik. Lalu kamu menelponku dan memasang waktu untukku sampai di rumahmu. Sayangnya aku selalu terlambat. Dan kamu marah karena itu. Aira, sebenarnya keterlambatanku tidak pernah aku rencanakan. Aku juga tidak tahu kenapa aku tidak pernah bisa on time. Selalu saja ada halangan.
Tapi darimu aku belajar banyak hal. Aku jadi lebih menghargai waktu. Setiap detik itu berharga dan tidak semua orang punya banyak waktu. Ya, sepertimu. Waktumu terlalu sedikit. Dan terlalu cepat.
Andai saat itu aku sampai 30 menit lebih cepat, mungkin aku tidak merasa sebersalah ini. Tapi hari itu aku sedang sial. Mobilku mogok dan harus aku bawa ke bengkel. Lalu aku menaiki taksi. Ternyata, jalanan macet total karena banjir di salah satu ruas jalan. Akhirnya aku memilih berlari ke rumahmu.
Sayangnya, waktumu harus berakhir hari itu.
..........
..........
Aira, istriku juga pengidap kanker sepertimu. Aku sudah berjanji pada Tuhan tidak akan membuang waktunya yang terlalu sedikit hanya untuk menungguku. Terima kasih karena kamu telah mengajarkanku hal-hal kecil yang ternyata bisa merubah seluruh hidupku. Aku tidak akan melupakannya. Dan juga tidak akan melupakanmu. Sampai kapanpun.
hani!!! ini bagus lho sayang ceritanya. :) Like thisssssssss!!
BalasHapus